Mendaki gunung adalah bagian dari olah raga ringan, yakni berjalan.
Selain menyenangkan bagi yang menyukainya, juga banyak hal yang bisa di
ambil hikmahnya. Karena dengan metode berjalan, maka penguasaan tehnik
berjalan yang benar layak di kuasai terlebih dahulu. Berjalan di gunung
tentu berbeda dengan berjalan di lapangan pasar malam atau dari kamar
menuju ruang makan.
Di gunung anda harus berjalan dengan beban ( ransel ) di punggung,
melintasi lembah, mendaki tebing, menuruni ceruk-ceruk yang dalam, atau
meniti punggung - punggung gunung yang tipis. Dengan medan seperti itu
ditambah dengan beban yang harus dibawa maka keseimbangan dalam berjalan
di gunung adalah mutlak.
Ada beberapa patokan yang harus diperhatikan dalam berjalan digunung.
Dasar dalam berjalan tentu saja melangkah, inilah hal pertama yang mesti
diperhatikan. Berjalanlah dengan langkah - langkah kecil, jangan
memaksakan kaki untuk melangkah terlalu lebar. Langkah - langkah yang
terlalu lebar menyebabkan berat badan sering kali ditunjang oleh satu
kaki saja, karenanya keseimbangan badan pun gampang goyah.
Dengan langkah kecil, berat badan anda dapat ditunjang secara mantap
oleh kedua kaki. Ingat, kaki bukan hanya menahan berat badan, tapi telah
ditambah dengan berat beban yang ada didalam ransel. Dengan langkah -
langkah yang kecil, gerakan nafas lebih teratur, dan ini merupakan cara
yang tepat untuk menghemat tenaga.
Seorang pendaki secara umum berjalan lebih lambat ketimbang pejalan kaki
biasa. Dia berjalan cukup lambat dengan langkah - langkah yang kecil.
Kalau kita sukar berbicara dengan teman disebelah karena nafas yang
tidak teratur lagi, itu suatu pertanda bahwa anda berjalan terlalu
cepat. Kendati lambat, tetapi berjalanlah dengan irama yang tetap. Lebih
baik berjalan lambat dengan istirahat yang sedikit, daripada berjalan
cepat tetapi dengan istirahat yang lebih banyak pula.
Bagi pendaki berpengalaman, berjalan 2 atau 3 jam tanpa istirahat
merupakan hal yang biasa. Tentu saja dibutuhkan kekuatan dan stamina
yang cuma dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman yang tidak
sedikit. Akan tetapi, sebagai ukuran minimal boleh dikatakan bahwa
berjalan 1 jam dengan istirahat 10 menit adalah normal.
Ketika istirahat, duduklah dengan kaki yang melonjor lurus sedikit
diatas badan untuk mengembalikan darah supaya mengalir normal, karena
ketika berjalan seluruh darah telah turun dan terpusat di kaki. Teguklah
sedikit minuman dan makanlah beberapa potong makanan kecil. Usahakan
agar tidak beristirahat ditempat yang berangin, karena udara dingin
dapat mengerutkan otot yang sedang beristirahat.
Jangan terlalu lama beristirahat, sayang otot - otot kaki yang sudah
panas dan kencang nanti mengendur dan membutuhkan pemanasan lagi.
Apabila dirasakan anda membutuhkan istirahat setiap setengah jam atau
kurang, maka hal itu merupakan pertanda anda terlalu capai dan lemah.
Maka sebaiknya anda mengambil istirahat panjang, kalau perlu dengan
mendirikan tenda atau pelindung.
Pilihlah lokasi istirahat yang baik, secara psikologis lebih
menguntungkan kalau anda memilih lokasi di bagian yang paling tinggi.
Dari tempat ini akan tampak pemandangan yang indah, nikmatilah untuk
mengurangi perasaan lelah setelah lama berjalan. Makan dan minum
secukupnya untuk mengembalikan tenaga, kalau perlu dimasak terlebih
dahulu agar hangat dan segar. Ada baiknya memakan sedikit garam untuk
menghindarkan keram, karena banyak keringat yang mengucur memungkinkan
hilangnya kadar garam dalam tubuh.
Ketika anda berjalan, perhatikan betul medan yang dihadapi. Kalau
melewati medan yang penuh kerikil atau batu-batu tajam, harap berhati -
hati karena kaki mudah tergelincir kalau ceroboh. Tidak berbeda apabila
anda harus melintasi medan yang berbatu - batu besar dan bulat seperti
batu - batu disungai misalnya. Anda harus melintasinya dengan melompat
dari satu batu ke batu yang lain, yaitu dengan gerakan yang sedemikian
rupa cepatnya sehingga batu yang diinjak belum lagi sempat bergulir,
tetapi anda sudah melompat ke batu yang lain.
Cara ini tentu saja berbahaya bila anda sudah lelah. Cara lain yang
lebih aman ialah dengan menaiki satu persatu batu tersebut,perlahan -
lahan dengan memeriksa terlebih dahulu batu yang akan dipijak, agar tak
gampang bergulir nanti. Cara mana yang sebaiknya dipakai, ini tergantung
pada pengalaman dan tingkat kelelahan anda. Medan yang berumput dan
terjal seringkali membahayakan, lebih - lebih ketika basah karena embun
atau hujan. Pendaki yang tidak berhati - hati akan mudah tergelincir, terutama bila memakai sepatu yang Solnya terbuat dari kulit atau kurang ber ”kembang”. Demikian juga dengan medan yang becek dan berlumpur, licin dan berbahaya.
Jangan percaya pada pohon - pohon kecil di pinggir tebing atau jalur pendakian.
Pohon - pohon ini seringkali tak cukup kuat untuk menahan bobot
manusia, sehingga gampang tercabut bila anda mencoba untuk menjadikannya
sebagai tumpuan badan. Batang - batang pohon itu bayak pula yang lapuk,
lalu patah ketika anda mencekalnya dan menahan beban di situ. Kalau
tidak yakin betul, pakai pohon - pohon itu untuk keseimbangan badan
saja, jangan untuk menahan badan.
Mendaki dilereng gunung dengan tanah yang berpasir lebih sukar
dari pada di tanah yang keras. Setiap kali menjejak, tanah berpasir itu
akan melorot ke bawah. Anda kadang - kadang perlu menyepakkan atau
menendangkan kaki kedalam tanah berpasir itu agar tidak melorot lagi.
Orang ke 2 dan seterusnya dapat mengikuti bekas jejak orang pertama
supaya tidak mudah lelah, karena tanah berpasir bekas jejak menjadi
lebih kompak dan keras.
Berjalan di atas punggung sebuah tebing yang tipis dengan jurang
menganga di kiri dan kanan merupakan kondisi kritis yang membutuhkan
tehnik tersendiri untuk melewatinya. Angin kencang yang acap kali meniup
akan menggoyahkan keseimbangan badan. Jangan melakukan gerakan -
gerakan yang membahayakan, misalnya melempar batu atau mengayunkan
tangan keras - keras.
Berjalanlah dengan tenang dan penuh konsentrasi, tetapi tetap dengan
irama yang teratur dan tidak kaku. Jangan memotong lintasan yang sudah
ada. Jalan setapak yang ada digunung memang berkelok - kelok, tetapi lintasan itu biasanya mengikuti kontur alam sehingga menjadi tidak terlalu curam.
Memotong lintasan berarti merusak jalan setapak yang sudah ada.
Biasanya, jalan yang memotong itu lebih curam dan lebih sukar di lalui.
Biarlah berjalan sedikit melingkar, tetapi tenaga tak terlampau
terkuras, ketimbang mengikuti lintasan ”potong kompas” tersebut.
Ikutilah lintasan - lintasan yang telah ada dengan seksama. Hafalkan
ciri - ciri yang khas pada setiap lintasan itu, mana tahu akan berguna
kalau anda kehilangan arah dalam perjalanan nanti. Berjalanlah secara
zig - zag pada medan curam sekali, ini akan sangat membantu dalam
mengatur nafas dan irama langkah kaki.
Medan yang berhutan lebat sering kali menghilangkan lintasan - lintasan
yang sudah ada. Kalau terpaksa harus membuka jalur, mulailah dengan
hati-hati sekali. Pastikan terlebih dahulu posisi anda didalam peta
sebelum membuka jalur, lalu tetapkan lintasan yang akan di pakai.
Gunakan golok atau parang untuk menebas duri yang menghalangi. Lakukan
tebasan se - sedikit mungkin, kalau bisa di sibak dengan tangan atau
didorong dengan badan, kenapa harus ditebas? Lagipula cara ini lebih
menghemat tenaga.
sumber
Artikel Populer
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR KAWAN