Jika sebuah etika juga diperlukan saat kita berada di
alam bebas.Ada aturan main yang harus kita patuhi, meski tiada seorangpun di kanan
kiri. Meski di hutan bukan berarti bisa leluasa membuang sampah kita
sembarangan. Walau tak ada satu pun polisi yang berdiri, bukan berarti
pula kita bisa seenaknya merusak, mencoret, mengambil atau bahkan
membunuh segala sesuatu yang kita temui. Bahkan untuk urusan buang hajat
sekalipun ada sebuah aturan tak tertulis yang harus kita patuhi.
Itulah salah satu sisi moral dari seorang pencinta alam. Selain sebagai
tempat bermain, alam tanpa disadari telah menjadi sebuah tempat belajar
sekaligus guru bagi kehidupan mereka. Belajar patuh tanpa harus disuruh.
Belajar mentaati sekalipun tiada yang mengawasi. Alam secara tidak
langsung menyadarkan mereka, jika mereka harus bisa memfilter diri
sendiri dan berupaya mengkondisikan bumi ini senantiasa lestari.
Nah kali ini saya akan sedikit berbagi tentang beberapa etika seorang
pencinta alam
saat berada di alam bebas. Semoga bisa bermanfaat buat dulur-dulur saya
di pencinta alam atau mungkin juga buat anda yang mempunyai hoby
berwisata. Sebab seperti yang pernah saya tulis di postingan lawas;
jika siapapun, dimanapun dan apapun baju kita, sejatinya kita semua bisa
menjadi seorang
pecinta alam
- Hormati adat istiadat sekitar
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Masing-masing
daerah tentu punya adat istiadat tersendiri. Demikian halnya dengan
penduduk sekitar daerah yang kita kunjungi, seringkali kita temukan
sebuah mitos ataupun pantangan yang sangat mereka pegang teguh.
Cobalah untuk mencari info dari penduduk sekitar atau tokoh yang paling
disegani tentang seputar pantangan-pantangan yang harus kita perhatikan
di daerah tersebut. Sepanjang tidak melanggar akidah saya rasa tiada
salahnya bagi kita untuk menghormati dan mematuhi aturan mereka. Sebab
percaya atau tidak percaya, banyak kejadian orang hilang ataupun
kesurupan yang terjadi disebabkan karena mereka telah melanggar
rambu-rambu yang telah digariskan oleh penduduk sekitar.
- Jangan latah membuat api unggun
Ada yang bilang jika berkemah tanpa api unggun, serasa sayur tanpa
garam. Berpikirlah dua kali saat kita mau membuat api unggun. Buatlah
api unggun karena benar-benar untuk kebutuhan, bukan karena semata unsur
kesenangan. Jika hawa dirasa tidak terlalu dingin, lebih baik baik kita
manfaatkan jaket atau tenda sebagai penghangat badan.
Sebisa mungkin kita cari ranting-ranting kering atau kayu patah sebagi
unsur bahan bakar api unggun kita, ketimbang menebang pohon hidup yang
jelas sedikit banyak akan merusak kondisi alam sekitar. Pastikan kondisi
api benar-benar padam saat selesai membuat api unggun. Dan khusus untuk
para perokok dilarang keras untuk membuang puntung rokok sembarangan,
sebab banyak kejadian kebakaran hutan terjadi akibat puntung rokok yang
dibuang secara sembrono.
Air adalah salah satu komponen utama yang dibutuhkan dalam
kehidupan. Hindari pemakaian bahan detergen macam pasta gigi atau sabun
yang bisa mencemari mata air. Dilarang keras melakukana acara
"larung saji" di
mata air manakala isi perut sudah tak bisa ditahan lagi. Buatlah galian
di tanah yang jauh dari mata air, lalu tutup rapat-rapat saat kita usai
membuang hajat.
- Jangan membabi buta dalam membuat tenda
Usahakan untuk tidak membuat lahan baru untuk tempat tenda kita.
Buatlah tenda di lahan yang telah ditentukan macam camping ground atau
kita bisa gunakan lahan bekas tenda yang telah ditinggalkan orang lain.
Saat kita usai melakukan kegiatan, usahakan untuk mensterilkan area
seperti kondisi semula. Tutuplah jika mungkin ada galian-galian di tanah
yang telah kita buat. Ambil kembali tali-tali rafia yang mungkin masih
terikat di pohon setelah kita selesai membuat tenda.
- Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak sepatu
Sampah sepertinya bukan hanya menjadi sebuah masalah di kawasan peradaban. Di
hutan pun sampah sekarang sudah menjadi sebuah permasalahan yang patut
kita perhatikan. Hindari membawa bekal logistik berupa makanan
kaleng/botol kaca yang nantinya akan membuat kita enggan membawa
sampahnya saat pulang. Sekecil apapun bawalah kembali sampah kita. Jika
mau cobalah menjadi relawan kebersihan dadakan dengan memungut sampah
yang kita temukan selama perjalanan pulang.
- Jangan ambil sesuatu kecuali gambarmu
Berpetualang di alam bebas atau berwisata, tentu saja kita berharap
ada sebuah kenangan yang bisa kita ambil saat kita pulang. Namun apakah
karena
"untuk sebuah kenangan", semua itu kita jadikan alasan untuk
mencomot sesuatu dari tempat kita berpetualang?.
Edelwies, adalah salah satu contoh obyek yang seringkali dijadikan pelampiasan oknum-oknum yang mengatasnamakan
untuk sebuah kenangan.
Padahal menurut saya Edelwies tak akan nampak indah lagi jika sudah
dicomot dari tempat aslinya di dataran tinggi. Apakah tidak cukup lewat
sebuah gambar yang kita ambil untuk mengabadikan
"bunga abadi" itu?.
- Jangan coretan kecuali sebuah ingatan
Pernahkah anda mengunjungi obyek wisata yang tempatnya penuh dengan
coretan-coretan tak bermakna?. Untuk apa coretan itu dibuat?. Apakah
untuk menunjukkan eksistensi jika si pemilik coretan pernah mengunjungi
tempat itu?. Saya rasa sebuah catatan perjalanan yang dibuat lewat media
bernama blog akan jauh lebih keren dibanding melakukan aksi mencoret
atau menggurat batu-batu dan pohon-pohon tempat mereka bermain.
Dulur blogger, mungkin itu beberapa etika bermain di alam bebas
yang saya ketahui selama menjadi seorang pencinta alam. Semoga bisa
menjadi perenungan bagi kita semua khususnya dulur-dulur saya di
pencinta alam, jika pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi pada alam
semua tergantung dari sikap kita sendiri sebagai khalifahnya. Jika kita
enggan berbuat sadis, alam tentu akan memberi kita sebuah senyum manis.
Sebaliknya jika kita masih saja memperlakukan mereka dengan jahat, yo
wis jangan pernah mengeluh jika di suatu hari nanti alam membalasnya
dengan sebuah malapetaka yang begitu hebat.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR KAWAN